Minggu, 03 Juni 2012

hak cipta dan tanggapan


Hak cipta dan tanggapan
Studi kasus
            Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. Batik telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara terkemuka penghasil kain tradisional yang halus di dunia karena berasal dari tradisi yang beraneka ragam, kreatif serta artistic sebagai unsur yang memenuhinya. Para pengrajin batik yang menjamur di wilayah khususnya provinsi Jawa Tengah menjadikan batik sebagai mata pencaharian mereka. Akan tetapi para pengrajin dalam membuat batik sering melakukan penjiplakan motif di antara sesama pengrajin.
Penjiplakan dalam membuat karya seni batik ini dikarenakan minimnya wawasan para pencipta batik Indonesia mengenai pentingnya pendaftaran Hak Cipta bagi karya seni batik membuat kebiasaan meniru atau menjiplak motif di antara sesama pengrajin menjadi hal yang biasa bahkan sulit untuk dihilangkan.

Tanggapan hak cipta “batik”
Belum lama ini Negara malasia ingin mengaku-akui karya hasil Indonesia yaitu “batik” itu dikarenakan pemerintah ataupun pengrajin yang membuat batik tersebut tidak mendaftarkannya ke lembaga yang menangani hak cipta tersebut. Tapi Negara kita sangat beruntung karena batik dapat diperjuangkan dan tetap menjadi cirri khasnya Indonesia. Batik merupakan karya yang kita buat sendiri dan dengan ciri khas yang dapat membuktikan bahwa karya tersebut adalah asli buatan kita sendiri, jika ada pihak yang membajak atau mengakui-akui kalau itu karya mereka, kita bisa memperjuangkan karya kita tersebut misalnya dengan cara menamai karya tersebut dengan nama kita yang sudah di daftarkan ke lembaga yang menangani hak cipta. Dengan cara tersebut  akan sangat sulit bagi pihak-pihak nakal yang ingin membajaknya. Tapi banyak masyarakat yang masih tidak mendaftarkan karya-karya mereka sehingga masih banyak yang membajak karya-karya orang lain penyebabnya dikarenakan mereka berfikir untuk mendaftarkan karya mereka ke lembaga hak cipta itu memerlukan biaya yang besar untuk mendaftarkannya sehingga masyarakat berfikir berulang-ulang karena mereka tidak mempunyai biaya yang cukup untuk hal tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar